Pokok Penting Terlahir ke Alam
Sukhavati
(Bagian 8)
Kita tidak boleh mengelabui diri
sendiri, haruslah mengamatinya dengan seksama : Apakah benar saya berniat ke
Tanah Suci Sukhavati, atau ternyata malah lebih sudi hanyut di alam saha? Jika masih juga memikirkan makanan dan minuman yang menggiurkan, pria
dan wanita yang menarik hati, tarian dan nyanyian, suara-suara merdu, maka
terhadap semua ini masih begitu mendambakannya, sambil juga berkhayal kelak
bisa berhasil mencapai tanah suci, maka ini namanya sedang bermimpi di siang
bolong, mana ada hal yang begitu indah dan sempurnanya? Tidak bisa
mengikhlaskan dunia saha maka mustahil bisa mencapai tanah suci.
Sesungguhnya orang-orang modern
sekarang ini, banyak yang berpikir sedemikian rupa. Dia berpikir : Sekarang
biarlah saya menikmati dulu Lima Nafsu (gemar akan harta, rupa, ketenaran,
makanan dan tidur), kelak terlahir ke Alam Sukhavati juga menikmati kesenangan
di sana, kalau saya gagal terlahir di sana, berarti Buddha-nya yang tidak sakti.
Tetapi harus diketahui kalau hatinya
terus disangkutkan pada Lima Nafsu, kian lama kian berat, maka tanah suci juga
kian lama kian jauh dari anda, yang juga berarti harapan anda untuk terlahir ke
tanah suci juga kian lama kian nihil.
Maka itu mengapa banyak praktisi yang
gagal terlahir di tanah suci, tak lain adalah masih saja mendambakan dunia
fana. Ini ibarat perahu yang masih diikat di tanggul, bagaimanapun anda
mendayungnya juga tidak bisa maju selangkahpun.
Sama halnya pula hati yang dilekat pada
dunia saha, bagaimanapun anda melafal Amituofo juga akan sulit terlahir ke
tanah suci, sehingga bila anda belum mencukupi “suka” dan ”benci”, maka meskipun
mulut mengatakan saya ingin pergi ke tanah suci, cuma bisa menipu diri sendiri
dan orang lain.
Patut diketahui bahwa sebagian orang
lebih mudah melatih diri dalam kondisi yang serba sulit, sebaliknya dalam
kondisi yang serba nyaman malah lebih sulit untuk membangkitkan ketulusan.
Apalagi kalau kondisinya serba lancar, punya keluarga yang harmonis, putra
putri yang patuh, pahala yang besar, punya beragam fasilitas dan kenikmatan
duniawi, dan sebagainya dan sebagainya, dalam kondisi begini mana mungkin dia
bisa membangkitkan niat untuk keluar dari dunia saha.
Oleh karena dia berpikir, Alam
Sukhavati justru ada di dunia ini, buat apa lagi saya ke sana? Padahal dia
melekat pada dunia fana dan tidak berkeinginan untuk keluar. Dengan demikian setiap hari ibarat minum arak
sampai mabuk, hanyut dalam kesenangan duniawi, saat ketidakkekalan tiba, mana
ada kekuatan untuk keluar dari tumimbal lahir?
Saat itu betapa beratnya untuk
berpisah, sungguh tidak kuasa mengikhlaskan, apalagi bila hubungan suami istri
yang harmonis, saat itu semakin tidak sanggup merelakan satu sama lainnya.
Anda mana mungkin mengatakan : “Saya
sekarang mau pergi ke Alam Sukhavati”, mustahil, sebaliknya anda cuma bisa
berkata : “Kelahiran mendatang kita jadi pasangan suami istri lagi ya!”
Andaikata memiliki putra putri yang
berbakti dan patuh, maka hati yang melekat pada anak-anak juga kian kuat, saat
ajal menjelang juga tidak sanggup mengikhlaskan, berat untuk berpisah.
Sebagian besar wanita lebih melekat
pada anak-anaknya, sudah sampai usia lanjut masih saja mengkhawatirkan putra
putrinya. Kalau putranya berbakti maka saat menjelang ajal pasti akan berpikir
: “Aku tidak bisa mengikhlaskan putraku!”
Atau juga berpikir hidup ini sedemikian
indahnya, maka itu jadi timbul keinginan untuk kembali ke dunia fana ini lagi. Kalau
sudah begitu apa lagi yang mau dibilang menjauhi dunia saha dan suka pada tanah
suci?
Sebaliknya bila kondisi kehidupan yang
serba tidak menggembirakan, merasakan berbagai kesengsaraan hidup, maka ini
menjadi motivasi untuk menjauhi dunia saha, tidak ada lagi yang pantas
didambakan, membulatkan tekad ke Negeri Buddha Amitabha.
Beginilah hati manusia, anda janganlah
beranggapan, sekarang bersenang-senang dulu, nanti saat ajal barulah
membangkitkan niat ke tanah suci, ini tidak ada jaminannya.
Petikan Kelas Belajar Penjelasan Sutra
Usia Tanpa Batas
Edisi 209
Laporan belajar dari Venerable Zi-liao
Tanggal 10 Maret 2016
Bertempat di Pure Land Learning
College Association, Australia
Kode Artikel
02-042-0209
往生的要訣
(八)
我們不能自欺,一定要檢查:我是真心想去淨土,還是甘願陷溺在紅塵裡?如果一邊想著飲食、男女、歌舞、聲色,對這些貪戀不已,一邊卻幻想著臨終能生到西方,那只是自己在做白日夢,哪有這樣兩全其美的事?放不下娑婆就決定生不到極樂。其實,現在很多人心裡就是這麼打算的。他想:我既要享受世間五欲,還要順利往生西方,如果不能往生,那就是佛不靈驗。但要知道,如果心一直陷在五欲的泥潭裡,愈陷愈深,愈陷愈重,這樣的話,淨土就離得愈來愈遠,也就愈來愈難往生。
原來一再說過,為什麼很多人念佛不能往生?根本原因就是貪戀紅塵。這種修持叫做「抱樁搖櫓」。就像繩子還繫在樁子上,那不管怎麼搖槳,船也前進不了半步。同樣,心一直繫在娑婆世界裡,那再怎麼念佛,也很難即生往生西方。這就表明,欣、厭是一個大的關口,心裡如果不具足欣、厭,內在最貪的是世間五欲,一點都不願出離,口裡卻不斷的說我要去西方,那完全是自欺欺人。
要知道,一般人在逆境裡容易修,在順境中就很難。尤其世間的一切都圓滿,家庭很美滿,兒女也聽話,福報很好,有各種享受等等,這時候出離就非常困難了。因為他心裡認為,極樂世界就在人間,還要到哪兒去?其實就是迷戀紅塵,放不下世間而已。這樣,平時都像喝醉了酒似的,一直陶醉在世間快樂裡,等到了臨終,怎麼會有出離的力量呢?那時就會戀戀不捨。如果夫妻感情好,那到時候你就捨不得。你不會說:「我要去西方」,只會說:「我們來世還做夫妻!」如果兒女孝順,自己一生對兒女都是貪愛心,那到時候也很難放下。一般來說,女人最愛執兒子,到老了還是念念想著兒子。如果兒子很孝順,那她臨死的時候也會想:「我捨不得兒子!」或者認為這個世界這麼美好,就會發願來世還要在這裡。像這樣,哪裡會有厭離娑婆、欣求極樂的力量?相反,如果人生很苦,那就容易生厭離,使得他根本不留戀世間,一心要到佛國去。
人的心就是這樣。你不要以為,現在對世間非常喜歡、非常留戀,到臨終時會忽然起一種生西方的心,這是很渺茫的。
文摘恭錄 — 無量壽經科註第四回學習班 自了法師 (第二O九集) 2016/3/10 澳洲淨宗學院 檔名:02-042-0209